Pada 2 Januari dini hari, sekitar 100 orang mendatangi Pondok Pesantren As-Sunnah. Mereka merusak pagar, lima mobil, tujuh motor, pos satpam, sampai klinik pesantren. Nggak cuma itu, massa juga membakar Masjid As-Syafii di Desa Mamben Daya, yang masih dalam tahap pembangunan.
Polisi Turun Tangan
Nggak lama setelah kejadian, polisi bergerak cepat. Ustaz Mizan diamankan oleh Polda NTB pada 3 Januari 2022. Kata Kombes Pol Artanto, pengamanan ini buat melindungi keselamatan sang ustaz dan juga untuk mempercepat penyelidikan. Selain itu, polisi juga lagi mencari siapa yang pertama kali menyebar video ceramah tersebut.
Kasus ini punya dua bagian besar yang lagi diusut. Pertama, soal perusakan pesantren dan fasilitasnya. Kedua, soal ceramah yang dianggap menghina tradisi lokal. Sampai saat itu, 17 saksi sudah diperiksa buat kasus perusakan, tapi belum ada tersangka yang ditetapkan.
Masyarakat Beda Pendapat
Kejadian ini memicu perhatian luas karena dianggap mencerminkan bagaimana propaganda yang disampaikan oleh kelompok Salafi-Wahabi dapat memicu gesekan sosial. Ceramah Mizan, yang viral berisi penghinaan terhadap tradisi leluhur Suku Sasak, dianggap sebagian masyarakat sebagai bentuk intoleransi. Memicu kemarahan yang akhirnya membludak menjadi aksi massa anarkis.
Bagi banyak orang, insiden ini menjadi alarm tentang bagaimana narasi propaganda kelompok salafi-wahabi terhadap budaya lokal memancing konflik di masyarakat. Pesan-pesan provokatif atau eksklusif sering kali dilihat sebagai ancaman terhadap keragaman yang sudah lama terjalin di Indonesia. Akibatnya, ketegangan antara kelompok makin membesar, seperti yang terjadi di Lombok Timur.
Kasus ini menunjukkan bahwa ujaran yang mengabaikan nilai-nilai lokal dan tradisi masyarakat setempat bisa menimbulkan reaksi yang ekstrem. Pesan yang bersifat eksklusif, apalagi disebarkan tanpa memperhatikan konteks sosial, rawan menimbulkan gesekan yang bisa menghancurkan harmoni sosial yang sudah terbangun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar