ngertidalil.com
  • Home
  • Kolom
    • Artikel
    • Tokoh
    • Isu Intoleransi
    • Moderasi
  • Tanya Dalil
  • Review Buku
  • Our Home
ngertidalil ngertidalil


        Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia menetapkan Imlek sebagai salah satu hari raya keagamaan bagi umat konghucu di Indonesia. Perayaan Imlek adalah sebuah kegiatan “pesta musim semi” atau chun cie yang menandai pergantian musim di Tiongkok dari musim dingin yang suram menjadi musim semi yang cerah, sejuk dan penuh harapan.

        Tahun Baru Imlek 2025 yang jatuh pada 29 Januari, dikenal sebagai Tahun Ular Kayu. Dalam astrologi Tionghoa, Ular melambangkan kecerdasan, ketajaman, dan keberanian, sementara elemen Kayu membawa energi pertumbuhan dan perkembangan.

        Adapun perayaan tahun baru Imlek dimulai pada tanggal 30 bulan 12 tahun Imlek dan diakhiri dengan Cap Go Meh tanggal 15 bulan 1 tahun Imlek. Dalam tradisi masyarakat Tionghoa, pergantian tahun ini mengandung makna terkait hubungan antara manusia dengan sesama manusia serta kekuatan spiritual. Laku tersebut dipraktekan dalam bentuk penghormatan orang yang lebih muda kepada yang lebih tua, sedangkan orang tua memberikan amplop Merah atau Ang Pao kepada yang lebih muda yang berisi uang kertas, bukan logam.

        Tradisi memberikan Ang Pao ini diyakini bisa menambah rezeki bagi yang memberinya, secara umum aktifitas ini mirip dengan perayaan Idul Fitri di kalangan umat islam, dalam hal berbagi THR di hari raya. Lantas sudahkah anda berbagi?

Selamat Merayakan Hari Raya Tahun Baru Imlek 01 Zhengyue 2576 Kongzili

Gong He Xin Xi Wan Shi Ru Yi

0
Share
Bentrok Dua Kelompok Pemuda di Ambon, Dipicu Minuman Keras

        Ambon kembali menjadi sorotan setelah bentrokan terjadi di kawasan Tugu Trikora, Kota Ambon, pada Minggu dini hari, 12 Januari 2024. Namun, Pengurus Besar Ikatan Persaudaraan Muslim Nusaina (PB Iksamuni) menegaskan bahwa kericuhan ini murni tindakan kriminal dan tidak ada kaitannya dengan isu agama atau SARA.

        Ketua PB Iksamuni, Irwan Patty, melalui video yang beredar di media sosial, menyerukan masyarakat untuk tetap tenang dan tidak terprovokasi oleh isu-isu yang bisa memecah belah persatuan di Maluku. "Kejadian ini murni kriminal, sehingga dapat dipastikan tidak ada kaitannya dengan unsur SARA atau upaya tertentu untuk mengacaukan Maluku yang telah hidup damai selama 20 tahun terakhir," ungkap Patty.

        Ia juga mengajak masyarakat untuk terus memperkuat hubungan persaudaraan dengan memegang nilai-nilai lokal seperti Tala Etti Sapalewa, Siwalima, dan Pela Gandong. “Mari kita bahu-membahu membangun Maluku yang lebih baik,” tambahnya.

        Menurut Kapolresta Pulau Ambon dan Pulau-Pulau Lease, Kombes Pol Driyano Andri Ibrahim, bentrokan ini bermula dari cekcok antar pemuda yang diduga terlibat balap liar dan mabuk-mabukan. Cekcok tersebut memicu konsentrasi massa hingga bentrokan meluas ke beberapa jalan utama dan kawasan permukiman.

        Aksi saling lempar batu menyebabkan kerusakan, termasuk tiga sepeda motor dan satu bangunan yang dilaporkan dibakar. Beberapa orang mengalami luka-luka akibat insiden ini. Aparat kepolisian segera bertindak, menggunakan tembakan peringatan dan gas air mata untuk membubarkan massa. Hingga pagi hari, situasi di lokasi dilaporkan mulai kondusif.

        PB Iksamuni juga meminta masyarakat Maluku untuk tidak terprovokasi oleh pihak-pihak yang ingin memanfaatkan situasi ini untuk menyebarkan isu SARA. Irwan Patty mengingatkan bahwa tantangan utama Maluku adalah kemiskinan, pengangguran, dan keterbelakangan. Oleh karena itu, fokus masyarakat harus diarahkan pada upaya bersama untuk membangun daerah.

        "Jangan biarkan isu ini memecah belah kita. Maluku punya potensi besar, dan kita harus bersatu untuk mewujudkannya," tegasnya.

        PB Iksamuni juga mendesak pihak kepolisian untuk mengusut tuntas kasus ini agar ada kejelasan dan kepastian hukum. “Mereka yang terlibat harus diproses sesuai hukum,” tambahnya.

        Konflik di Ambon ini bukan soal agama, melainkan murni tindakan kriminal. Masyarakat diimbau untuk tidak terhasut oleh informasi yang sengaja dipelintir. Mari bersama menjaga kedamaian dan membangun Maluku yang lebih baik!

diolah dari berbagai sumber.

0
Share

Abdullah Latuapo, Ketua MUI Provinsi Maluku

IMBAUAN MAJELIS ULAMA INDONESIA PROVINSI MALUKU MENYIKAPI KONFLIK 12 JANUARI 2025 DI AMBON

No. 01/ HIM/DP-PMUI Maluku/I/2025

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Majelis Ulama Indonesia Provinsi Maluku bersama ini menyampaikan kepada masyarakat Kota Ambon secara khusus dan Provinsi Maluku secara umum bahwa bentrok yang terjadi di Kawasan Tugu Trikora Ambon Ahad dini hari tanggal 12 Januari 2025 adalah murni kriminal oleh pemuda. Untuk itu diimbau kepada masyarakat agar:

  1. Bentrok tersebut tidak boleh dikaitkan dengan isu Suku, Agama, Ras dan Antargolongan (SARA).
  2. Kepada seluruh masyarakat, dan lebih khusus umat Islam, agar senantiasa menahan diri, selalu menjaga keamanan, ketertiban dan keharmonisan di lingkungan masing-masing.
  3. Apabila melihat dan mendengar hal-hal yang mencurigakan akan berpotensi mengganggu stabilitas keamanan, segera melaporkan kepada pihak yang berwajib.
  4. Saat ini kondisi Kota Ambon telah kembali normal, aman dan terkendali seperti sedia kala, diharapkan Basudara Katong Samua selalu waspada dan menghindari hal-hal yang provokatif maupun ujaran kebencian dan permusuhan yang berpotensi mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat, teristimewa berita- berita hoaks yang berseliweran di media sosial.
  5. Menyerahkan segala proses terkait penyelesaian bentrok tersebut kepada aparat keamanan dan pihak terkait untuk diselesaikan sesuai ketentuan hukum yang berlaku.

Demikian Imbauan Majelis Ulama Indonesia Provinsi Maluku, kami sampaikan kepada masyarakat secara umum dan lebih khusus Umat Islam, untuk dapat diperhatikan dan dijalankan dengan baik. Atas perhatian dan pengertian bersama, diucapkan terima kasih.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

0
Share
        Awal tahun 2022, kasus Ustaz Mizan Qudsiah bikin geger. Pimpinan Pondok Pesantren As-Sunnah di Lombok Timur ini tersandung masalah setelah video ceramahnya viral di media sosial. Dalam potongan video itu, Ustaz Mizan menghina makam leluhur Suku Sasak, yang bikin banyak orang tersinggung. Akibatnya, situasi jadi panas dan berujung pada aksi massa yang merusak pesantren miliknya.

        Pada 2 Januari dini hari, sekitar 100 orang mendatangi Pondok Pesantren As-Sunnah. Mereka merusak pagar, lima mobil, tujuh motor, pos satpam, sampai klinik pesantren. Nggak cuma itu, massa juga membakar Masjid As-Syafii di Desa Mamben Daya, yang masih dalam tahap pembangunan.

Polisi Turun Tangan

        Nggak lama setelah kejadian, polisi bergerak cepat. Ustaz Mizan diamankan oleh Polda NTB pada 3 Januari 2022. Kata Kombes Pol Artanto, pengamanan ini buat melindungi keselamatan sang ustaz dan juga untuk mempercepat penyelidikan. Selain itu, polisi juga lagi mencari siapa yang pertama kali menyebar video ceramah tersebut.

        Kasus ini punya dua bagian besar yang lagi diusut. Pertama, soal perusakan pesantren dan fasilitasnya. Kedua, soal ceramah yang dianggap menghina tradisi lokal. Sampai saat itu, 17 saksi sudah diperiksa buat kasus perusakan, tapi belum ada tersangka yang ditetapkan.

Masyarakat Beda Pendapat

        Kejadian ini memicu perhatian luas karena dianggap mencerminkan bagaimana propaganda yang disampaikan oleh kelompok Salafi-Wahabi dapat memicu gesekan sosial. Ceramah Mizan, yang viral berisi penghinaan terhadap tradisi leluhur Suku Sasak, dianggap sebagian masyarakat sebagai bentuk intoleransi. Memicu kemarahan yang akhirnya membludak menjadi aksi massa anarkis.

        Bagi banyak orang, insiden ini menjadi alarm tentang bagaimana narasi propaganda kelompok salafi-wahabi terhadap budaya lokal memancing konflik di masyarakat. Pesan-pesan provokatif atau eksklusif sering kali dilihat sebagai ancaman terhadap keragaman yang sudah lama terjalin di Indonesia. Akibatnya, ketegangan antara kelompok makin membesar, seperti yang terjadi di Lombok Timur.

        Kasus ini menunjukkan bahwa ujaran yang mengabaikan nilai-nilai lokal dan tradisi masyarakat setempat bisa menimbulkan reaksi yang ekstrem. Pesan yang bersifat eksklusif, apalagi disebarkan tanpa memperhatikan konteks sosial, rawan menimbulkan gesekan yang bisa menghancurkan harmoni sosial yang sudah terbangun.

0
Share

Belakangan ini, kita sering banget dengar suara-suara yang lantang mengatasnamakan agama buat menyudutkan kelompok lain. Dalil-dalil disusun rapi, tapi ujung-ujungnya memecah belah. Kalau kita nggak jeli, bisa-bisa malah kebawa arus dan ikut terjebak di lingkaran propaganda intoleran.

Padahal, agama itu seharusnya jadi sumber kedamaian, bukan alat buat saling menyalahkan. Yuk, kita bareng-bareng belajar buat lebih bijak dan nggak gampang terprovokasi. Ingat, harmoni dan toleransi itu kunci buat hidup rukun di tengah keberagaman. Jangan sampai karena suara mereka yang keras, hati kita jadi ikut mengeras. Peace, bro!

0
Share
Beranda

Popular Post

  • Soleh Tapi Jangan Terjebak Salah
    Belakangan ini, kita sering banget dengar suara-suara yang lantang mengatasnamakan agama buat menyudutkan kelompok lain. Dalil-dalil disusun...
  • Murni Kriminal, Bukan Isu Agama: Jangan Terprovokasi!
    Bentrok Dua Kelompok Pemuda di Ambon, Dipicu Minuman Keras           Ambon kembali menjadi sorotan setelah bentrokan terjadi di kawasan Tugu...
  • Mizan Qudsiah: Amukan Massa Karena Propaganda Anti Tradisi
              Awal tahun 2022, kasus Ustaz Mizan Qudsiah bikin geger. Pimpinan Pondok Pesantren As-Sunnah di Lombok Timur ini tersandung masalah...

Followers

Site Hits

Copyright © 2025 ngertidalil.com

Created By ThemeXpose